Mengubah Limbah Palet Jadi Furnitur Bernilai Seni Tinggi

Selasa, 08 Mei 2018 - 12:53 WIB
Mengubah Limbah Palet Jadi Furnitur Bernilai Seni Tinggi
Mengubah Limbah Palet Jadi Furnitur Bernilai Seni Tinggi
A A A
SERANG - Provinsi Banten merupakan daerah industri yang mendorong ketersediaan bahan baku limbah palet yang cukup banyak.

Limbah palet merupakan limbah peti kemas dari berbagai produk impor yang datang ke Provinsi Banten. Tersedianya bahan baku yang melimpah ini menjadi alasan dirintisnya usaha furnitur berbahan baku limbah kayu palet. Limbah palet yang memiliki bahan baku dari kayu jati belanda menjadi bahan baku utama pembuatan berbagai jenis furnitur kini tengah booming di kalangan masyarakat.

Selain bentuknya yang unik dan bisa memberikan kesan artistik, kini banyak kalangan mulai bosan dengan berbagai jenis perabotan rumah produksi pabrikan. Bahan baku kayu berbahan limbah dengan harga yang kompetitif menjadi alternatif dengan berbagai kelebihannya.

Selain banyaknya referensi tentang pengolahan jati belanda, berbagai faktor pendukung juga memungkinkan untuk mengembangkan usaha jenis ini. Berbagai faktor pendukung antara lain kesediaan tempat (work shop/bengkel), kemudahan mendapatkan SDM, peluang pemasaran, kemudahan bahan baku, serta tren yang tengah menggejala di kalangan masyarakat.

Pemilik Sanggar Garasi Kapal Adam Adhary Abimanyu menyatakan bahwa dirinya tertarik menekuni olahan limbah industri tersebut dan menjadikannya berbagai jenis furnitur karena banyak faktor.

"Banten ini daerah industri, yang namanya limbah palet jati belanda sangat banyak. Tapi limbah-limbah itu selalu dibawa ke daerah lain, sedangkan di Banten sendiri kurang dimanfaatkan. Ke depan saya berharap pemerintah juga bisa memfasilitasi kemudahan bahan baku ini. Sebab, sekarang bahan baku dijual ke Jawa Tengah hingga ke Bali," ujar Adam di Sanggar Garasi Kapal di Banjarsari Permai Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin (7/5/2018).

Selain itu, dengan hadirnya IKM di wilayahnya, setidaknya bisa membuka lapangan kerja baru bagi warga sekitar. "Sekarang ini jenis furnitur jati belanda sedang digandrungi. Anak-anak muda pun dituntut kreatif. Banyak nilai positif ketika para pemuda terlibat dalam IKM yang mengedepankan kreativitas ini. Paling tidak Garasi Kapal menjadi solusi dalam menekan angka pengangguran," katanya.

Saat ditanya soal omzet, perusahaan yang dirintisnya pada November 2017 itu diakui menunjukkan nilai positif. Kendati pemasaran baru sebatas lewat media sosial, tetapi pesanan selalu datang. "Kalau omzet per bulan Alhamdulillah terus naik, awalnya hanya sekitar Rp10 jutaan, sekarang sudah tiga kali lipatnya. Mudah-mudahan semakin tumbuh," ucapnya.

Sementara itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten bakal menjadikan Sanggar Kayu Palet Garasi Kapal sebagai Industri Kecil Menengah (IKM). Hal itu terungkap setelah tim dari Disperindag mendatangi sanggar yang berlokasi di Banjarsari Permai Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin (7/5).

Kepala Seksi Pemberdayaan IKM Disperindag Provinsi Banten Alamsyah Siregar menyatakan, pihaknya sengaja datang langsung untuk melihat Sanggar Kayu Garasi Kapal untuk menggali informasi lebih jauh tentang IKM tersebut.

Pihaknya mengakui sejumlah keunggulan Garasi Kapal dalam menghasilkan produk berkualitas karena mengolah limbah industri menjadi berbagai jenis furnitur bernilai tinggi. Akan tetapi masih diperlukan peningkatan kualitas agar bisa bersaing dengan produksi lain yang telah lebih dulu beredar di pasaran.

"Tentu saja perlu peningkatan kualitas SDM maupun sentuhan dari produksinya. Mudah-mudahan saja akan ada pelatihan peningkatan, baik dari sisi SDM maupun produknya," kata Regar. (Teguh Mahardika)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4429 seconds (0.1#10.140)